Siang ini
begitu terik, nampaknya matahari sedang membalaskan dendamnya hari ini karena
kemarin ia tak diberi kesempatan untuk memamerkan sinarnya. Tertutup awan pekat
seharian penuh. Hari ini pun hari keberuntungan untuk kelasku, pasalnya Dosen tauhid
tak berminat masuk, entah kemana tanpa kabar. Membiarkan kami menunggu 30 menit
lamanya lalu kemudian memutuskan membubarkan diri membiarkan kelas tak
berpenghuni. Berhamburan dengan berbagai tujuan yang berbeda. Ada yang langsung
ke kantin, ada juga yang merencanakan mengerjakan tugas untuk sabtu besok, dan
beberapa lagi ada yang pergi ke gedung student center untuk mengikuti
audisi biology voice yang memang pendaftarannya dimulai hari ini. Aku
pun seharusnya ikut kesana. Mengikuti audisi itu. Sedikit aneh memang orang
sepertiku mengikuti grup yang menjadikan suara sebagai modal utama. Tentu saja bukan
karena aku merasa suaraku merdu atau bagaimana, hanya saja aku ingin bisa
bernyanyi. Untuk apa? Itu rahasia, ada misi yang aku rencanakan untuk nanti
dimasa depan.
Tapi kali ini
aku tak bisa mengikutinya, ada hal yang lebih penting. Aku harus ke kantor pos.
Menuruni
tangga dengan canda tawa yang terdengar dari mereka yang berlalu lalang. ada
yang naik dan ada yang turun sepertiku.
Sampai
dilantai satu, tepat dibawah tangga kulihat ada meja kecil dengan hiasan kertas
karton dan origami yang berwarna warni. Tampak ramai dengan orang-orang yang
mengerumuninya. Aku penasaran, karena seingatku tadi pagi tak ada kerumunan
macam ini. Kusempatkan melihat dan menghampiri kerumunan itu. Baru selangkah
mendekat, terdengar teriakan-teriakan dari mereka yang memintaku untuk mendekat
dan membaca selebaran penuh warna.
“Sini teh, ayo
gabung sama kita. Banyak lho teh jenis perlombaannya” kata salah satu perempuan
yang antusias menyuruhku mendekat sambil menunjuk-nunjukkan selebaran.
Aku sedikit
bingung, belum sempat aku membaca selebaran yang ia berikan, lagi-lagi
perempuan tadi dengan semangat menjelaskan semuanya. Aku mengangguk-anggukkan
mencoba mencerna apa yang dikatakannya. Dan akhirnya aku tahu ternyata ini
adalah stand pendaftaran berbagai perlombaan yang diadakan Himatika. Himatika
adalah semacam organisasi atau himpunan mahasiswa jurusan matematika. Kalau
dijurusanku Himbiosai namanya, akromnim dari Himpunan Mahasiswa Biologi
Saintek.
Kembali ke
selebaran yang ku baca, di dalamnya tertulis berbagai lomba seperti lomba tulis
cerpen, puisi, fotografi, edit video, dan kaligrafi. Sebenarnya aku sempat
melihat pengumuman ini sebelumnya di mading depan kelas, tapi tak begitu ku
perhatikan. Hanya membaca selintas, dan berlalu tak membekas.
Aku bertanya mengenai salah saatu
lomaba, lomba tulis cerpen. Karena dari dulu aku tak cukup berani
mengikutsertakan cerita-cerita yang pernah kutulis. Ku tanyakan bagaimana
persyaratan dan ketentuannya. Kemudian memberiku selembar kertas dan aku dapat
membaca semua informasi yang ku tanyakan tadi.
Kupastikan kali ini aku harus
ikut, entah itu dengan karya yang jelek atau bagus apalagi masalah menang atau
kalah, ah itu sama sekali tak aku pikirkan. Aku berani menulis saja, sudah
merupakan kebanggaan tersendiri.
Ku tuliskan
namaku di lembar daftar para peserta, cukup banyak ternyata yang berminat.
Meskipun yang paling banyak pendaftarnya adalah lomba tulis puisi. Dan hei, Ada
yang menarik. Tepat satu baris diatasku tertulis pendaftar dengan nama Rangga,
dia mengikuti dua lomba sekaligus, tulis cerpen dan puisi. Tapi bukan perkara
itu yang membuatku tertarik. Namanya
yang membuatku tersenyum tipis saat membacanya. Rangga. Nama itu mengingatkanku
pada tokoh utama dalam film Ada Apa Dengan Cinta atau yang lebih dikenal dengan
AADC yang diperankan oleh Nicholas Saputra. Seorang pujangga yang dingin dengan
pengetahuan sastra yang luar biasa. Dan dialah yang memenangkan lomba puisi disekolahnya
dan mengalahkan Cinta si anak mading yang terkenal pandai menciptakan
puisi-puisi indah yang berhasil diperankan dengan baik oleh Dian Sastro
Wardoyo. Wah sepertinya aku hapal sekali alur cerita dari Film tahun 2000-an
itu ya?. Jelas!, selain karena aku memang suka filmnya, baru kemarin sore aku
memutar kembali film lama itu di laptop. Jadi wajar saja alur dan perwatakan
dari tokoh yang diperankan masih lekat di ingatanku. Film itulah yang secara
perlahan membuatku menyukai sastra dan menulis. Nah, yang menjadi buah
pikiranku adalah, akankah Rangga yang namanya tertulis diatas namaku itu
memiliki kemampuan yang sama dengan tokoh Rangga dalam AADC? Lantas dia jugakah
yang akan memenangkan perlombaan ini? Entahlah. Aku jadi penasaran dengan pertanyaanku
sendiri. Akan ku tunggu karyanya, puisi dan cerita pendeknya untuk menjawab
semua tanya di benakku.
Dan oh, baru
kusadar, aku harus segera pergi sebelum
kantor pos di wilyah Ujung Berung sana tutup. Setelah membereskan pendaftaran
berikut biaya administrasinya, aku minta izin untuk meninggalkan tempat itu.
Aku kembali mengganggukkan kepala, namun kali ini pertanda aku pamit dan
terdengar beberapa orang diantara mengucapkan terimakasih dengan iringan senyum
yang merekah. Aku bergegas pergi dan mengingatkan diri agar tak lupa dengan
misiku untuk menunggu karya seorang Rangga yang berada dalam dunia nyata.
Komentar
Posting Komentar