RESENSI BUKU TENGGELAMNYA KAPAL VAN DER WIJCK


02 Juli 2018
09:50

Judul              : Tenggelamnya Kapan Van Der Wijck
Pengarang      : HAMKA
Penerbit          : Balai Pustaka
Kota Terbit    : Jakarta Timur
Cetakan          : IV, 2015
Tebal Buku    : xii + 264 Halaman
Panjang          : 21 cm
Lebar              : 14,8 cm

Sinopsis          :
            Buku ini bercerita mengenai kisah cinta suci Zainuddin dan Hayati yang terbelenggu oleh keangkuhan adat. Zainuddin seorang Mengkasar, hidup penuh kemalangan sejak dilahirkan. Ia tinggal dengan Mak Base, pengasuhnya. Suatu saat, Zainuddin pergi ke tanah asalnya, tanah tempat ayahnya di lahirkan. Minangkabau.
            Penerimaan yang Zainuddin dapatkan dari keluarganya disana tidak bisa disebut baik. Menambah kemalangannya. Hingga ia bertemu Hayati, yang kemudian menjadi cahaya hidup baru baginya. Namun kemalangan seakan terus saja mengikuti. Datuk, Mamak Hayati meminta Zainuddin melupakan Hayati dan pergi dari Batipuh tersebut. Karena menurutnya Hayati adalah orang bersuku, bukan orang biasa. Sedangkan Zainuddin orang biasa. Zainuddin dan Hayati hancur.
            Hayati kemudian menikah dengan Aziz. Kakak dari sahabatnya Khodijah yang berlimpah kekayaan. Ia sulit untuk menolak, karena keluarganya sudah menyetujui. Aziz pun menikahi Hayati karena tertarik akan kecantikannya saja. Hayati memutuskan hubungan dengan Zainuddin yang awalnya coba mereka pertahankan. Zainuddin kehilangan cahaya hidupnya. Setengah gila ia menahakan kemalangan yang satu itu.
            Dengan mengumpulkan sisa-sisa kekuatan hidup, Zainuddin bermaksud pergi ke Surabaya meninggalkan semua kesedihan. Dengan jiwa pengarangnya, Zainuddin berhasil menjadi pengarang kondang dan berlimpah kekayaan. Ia menjadi orang ternama di tanah Jawa.
            Hayati pun mendapati bahwa ia harus ikut suami yang pekerjaannya di pindah ke Surabaya. Hingga keduanya bertemu dengan Zainuddin. Hati Zainuddin sepenuhnya masih untuk Hayati, tapi ia simpan dalam-dalam karena Hayati adalah istri orang lain. Bukan haknya. Hayati tercenung karena buku karangan Zainuddin adalah kisah bagaimana adat menghabisi cinta dua anak manusia.
Waktu terus berjalan, perangai Aziz perlahan mulai terlihat. Ia banyak bermain dengan perempuan-perempuan yang ia rasa lebih cantik dari istrinya. Hayati hanya pasrah ketika Aziz mulai bangkrut dalam usahanya. Ia malah meminta bantuan pada Zainuddin dan tinggal dirumahnya. Hal itu membuat Zainuddin menjadi jarang berada dirumahnya, karena takut ia terbawa hati kembali pada Hayati. Aziz berputus asa, ia menceraikan Hayati dengan maksud dapat kembali pada Zainuddin dan ia merasa bersalah karena pernah merebut Hayati darinya. Kemudian Aziz buhun diri.
Hayati semakin bertambah kemalangannya. Ia berharap Zainuddin mau menerimanya kembali setelah Muluk menunjukkan bahwa di ruangan kerja Zainuddin terdapat lukisan Hayati. Lukisan itu yang pembuat Zainuddin menjadi pengarang sukses. Zainuddin mengingkari hatinya. Egonya tak mau menerima Hayati yang dulu pernah sangat menyakitinya. Zinuddin lebih memilih memulangkan Hayati ke tanah Batipuh dengan segala kebutuhan yang akan ia penuhi hingga Hayati menemukan suami yang baru.
Dengan berat hati Hayati menurut. Padahal baginya lebih baik menjadi babu di rumah Zainuddin daripada harus pulang dan tidak bertemu lagi dengan seseorang yang pernah dicintainya itu. Kapan Van Der Wijck membawa Hayati pergi dari Surabaya tanpa diantar Zainuddin.
Zainuddin termenung sejak kepergian Hayati. Akhirnya ia memutuskan pergi ke Jakarta untuk menjemput kembali Hayati. Karena Kapal Van Der Wijck akan berlabuh di Tanjung Priok sebelum ke Sumatera. Namun naas, beberapa jam sebelum ia berangkat ke Jakarta, surat kabar memberitakan bahwa Kapal Van Der Wijck tenggelam. Dengan berbagai cara Zainuddin pergi ke tempat Hayati ditemukan. Hayati masih hidup, namun setelah ia meminta maaf dan menyatakan cintanya akan ia bawa hingga ia mati, hayati meninggal. Zainuddin yang kalap tak mampu berbuat apa-apa. Hari-hari penuh penyesalah ia lalui setelah Hayati pergi. Hingga akhirnya setahun kemudian Zainuddin meninggal karena kondisi tubuhnya yang semakin melemah. Zainuddin dimakamkan di samping pusara Hayati.


Kelebihan:
Karya seorang ulama yang begitu apik merangkum permasalahan kehidupan manusia. Alur cerita ini amat sangat menggugah rasa. Berbagai aspek kehidupan, sejarah, agama, adat dan cinta semua terangkai indah dalam buku ini. Bahasa yang digunakan, membuat pembaca semakin berimajinasi padamasa-masa yang pernah dilalui Indonesia berpuluh tahun yang lalu. Pokoknya terbaik! Mesti banyak diaplikasikan dalam pemahaman cinta pada manusia saat ini.

Kekurangan:
            Aku tentu saja tidak bisa menilik kekurangan karya seorang ulama yang maha luas pengetahuannya. Aku hanya pembaca dan penikmat karya. Dalam buku ini dicantumkan banyak pepatah dan syair lama yang tidak aku mengerti maksudnya. Tentu saja ini bukan bentuk kekurangan, tapi bentuk kurangnya pengetahuan si pembaca.

Komentar