Kata ‘Menunggu‘ Itu Ku Tinggalkan




27 Agustus 2016
07:30

Perihal menunggu. Apa yang kamu pikirkan tentang menunggu?
Bagiku menunggu itu cukup di rangkum dengan satu kata. ‘Menyebalkan!‘. Ku kira semua makhluk di bumi tak pernah suka dengan kata ini. Satu kata yang membuat seseorang berada pada posisi yang tidak jelas. Mengambang. Menggantung. Tidak Iya dan tak juga Tidak.
Bukan hanya perihal menunggu siapa tapi apapun. Apapun yang membuat kita harus menunggu itu akan tetap menyebalkan. Seberapapun waktu yang telah di habiskan. Meski hanya satu detik, itu tak mengubah satu kata ‘menyebalkan‘ itu beranjak.
Banyak sekali orang-orang yang berkampanye bahwa ia siap menunggu. Berapapun lamanya. Seperti dalam Thousand years nya Christina perri yang mengatakan ‘I Have day everyday waiting for you’. Menunggu macam apa ini? Menyakiti diri dengan menghabiskan hari dengan menunggu. Mungkin hanya ada satu dari sejuta manusia yang benar-benar bertahan dalam tahap menunggu yang seperti itu. Selebihnya sama sepertiku. Mungkin.
Menunggu apapun akan sama menyebalkannya. Sekedar menunggu kabar misalnya, itu bisa membuat kita mengurung diri berhari-hari di kamar. Menguras begitu banyak air mata. Harusnya setiap orang yang menunggu kabar itu mengingat kutipan Tere Liye bahwa Tak ada kabar  adalah kabar itu sendiri, kabar tidak ada kabar. Maka tak perlu lah berlelah menunggu kabar itu.
Pernah aku menunggu seseorang. Persis sekali menunggu kabar. Tiap hari aku hitung, berapa lama seseorang itu tak memberi kabar. Bodoh sekali memang. Menghabiskan waktu untuk seseorang yang sama sekali tak pantas aku tunggu. Enam bulan aku menunggu. Hanya enam bulan? Enam bulan bukan sekedar ‘hanya‘ bagiku. Waktu sebanyak itu cukup untuk meruntuhkan dinding kepercayaan. Menghapus semua rasa. Saat itu aku hanya menunggu kabar, tak lagi menunggu seseorang. Cukup kabar.
Meski sampai saat ini hampir tujuh tahun lamanya kabar itu tak kunjung datang, itu bukan lagi urusanku. Tak peduli. Datang atau tidak aku sudah memutuskan untuk mengakhiri. Mengakhiri menunggu. Mengubur dalam-dalam harapan akan datangnya kabar. Lama sekali. Sejak enam tahun lalu.
Lalu bagaimana jika bukan hanya kabar, tapi seseorang itu kembali hadir dalam kehidupanku?
Jika boleh aku katakan, Itu Tidak Mungkin. Terlalu panjang waktu yang hilang, terlalu banyak kisah yang datang dan tak akan ada sebab untuk seseorang itu kembali. Meskipun hanya dalam bentuk kabar. Tak akan pernah.
Andai hal itu benar terjadi?
Kisahku bukan kisah macam AADC. Yang bertemu kembali setelah sembilan tahun Cinta dan Rangga tak berjumpa.  Lantas tak sengaja bertemu di Yogyakarta dan menggali semua rasa yang sempat terkubur. Menghidupkan kembali kepercayaan yang telah mati. Kisah itu terlalu sempurna. Di buat semenarik mungkin untuk menghibur penontonnya. Sedangkan kisahku? Untuk menghibur siapa? Tak ada. Maka tak perlu di paksakan ending bahagia seperti mereka.
Rangga memang sosok yang pantas untuk di tunggu. Ada kejelasan dalam kisah mereka sebelumnya. Bebeda sekali dengan kisahku. Seseorang itu tak layak aku tunggu, dengan segala ketidakjelasan diawal kisah. Semua kisah itu hanya akan berada dalam koridor masa lalu. Tak akan merangkak menuju saat ini terutama masa depan. Kabar dan segala hal tentang seseorang itu sudah jauh tertinggal. Dalam sekali terkubur. Dan saat ini tak akan ada kata menunggu lagi untuk siapapun.

Komentar

Posting Komentar