21 Februari 2015
Sejak kapan aku menyukaimu? Menyukai warna-warni indahmu.
Bahagia ketika
menyaksikan kamu tersenyum merekah menampakkan kecantikanmu pada semesta.
Sejak kapan aku
ingin selalu menyentuhmu, memperhatikanmu dengan kedua mataku. Menghitung setiap
kelopak pelindungmu, mengusap halus daun
mahkota yang penuh warna dan asyik memecah bulir embun yang tergantung diujung organ hijaumu. Aku memang tak sepenuhnya dapat
menjagamu, bahkan aku tak sepenuhnya memahamimu. Tapi bagiku ditanamkan rasa suka terhadap
keindahanmu saja merupakan anugerah yang tak terkira.
Sejak kapan aku
bersahabat dengan api? Sejak kapan pula aku selalu berharap bisa bekerjasama
dalam urusan perut?
Bukankah dulu api
memusuhiku? Atau memang aku saja yang diam-diam memusuhinya. Entahlah,. Yang
jelas api pernah membuat mahkotaku hangus dan meninggalkan jejak luka sampai
saat ini. Tapi tak tahu apa yang terjadi, rasanya aku mulai bisa berdamai
dengan ingatan itu. Mencoba bersahabat, dan menjadikannya partner untuk
membahagiakan orang-orang disekitarku. Yaaa tentu, dengan jasanya.. aku
berharap bisa menghidangkan sesuatu diatas meja kecil itu. Aku memang tak ahli
dalam memanfaatkan jasanya, tapi bagiku bisa bersahabat dan bekerjasama dengannya
saja sudah merupakan hal yang luar biasa.
Sejak kapan pula
aku suka dengan gaun macam Cinderella dalam dongeng? Bukankah dulu aku lebih
suka gaya-gaya Sanae Nakazawa dalam serial Captain Tsubasa?
Bukankah dulu aku
selalu merasa risih dengan potongan kain yang menutup mata kaki lantas menjuntai
menyapu jalan yang dilewati? Entah,.
Kemana perginya kain-kain yang dulu selalu menyisakan kulit cokelatku sehingga
terlihat oleh mereka yang tak berhak. Kemana pula bandu-bandu lucu beraneka
warna yang dulu setia menghias mahkotaku.
Yaa meski saat
ini aku belum mampu menutupnya secara sempurna, malah jauh sekali dari kata
sempurna. Namun bagiku diberi kesadaran dan
di berikan kesempatan untuk mengenal kain-kain penutup itu saja, sudah cukup
membuktikan bahwa Allah memang menyayangiku, menyayangiku sebagai seorang
wanita.
Entahlah apa yang
terjadi??
Entah sejak kapan
hal-hal itu kian menjadi?
Mungkinkah sejak
ia mengatakan bahwa aku seorang wanita? Yang kelak mau tidak mau, bisa tidak
bisa aku harus mampu melakukan dan menerapkan semua itu dalam kehidupan. Ia kah
yang menyadarkanku akan kewajiban seorang wanita yang tak ada tawar menawar
didalamnya? Mungkin..
Selama ini aku
memang tak pernah berfikir panjang, selalu memudahkan segala urusan. Menganggap
semua harapan akan menjadi nyata dalam sekejap. Tak pernah melirik proses yang
justeru akan lebih lama dilalui ketimbang hasil itu sendiri. Seenaknya
mengatakan, bahwa aku akan menjadi wanita pekerja yang tentu akan mengabaikan
tugasku sebagai seseorang yang disebut wanita.
Entahlah,.. aku
tak tahu bagaimana jalanku kedepan. Hanya berharap kelak aku bisa
menyempurnakan segala hal yang saat ini belum sempurna. ^_^
Komentar
Posting Komentar