“Hari ini aku memakai batik, sesuai dengan permintaanmu kemarin. Tapi itu kemarin bukan hari ini“ |
Bandung, 12
Oktober 2016
13:43
Beberapa hari yang lalu tepatnya tangga 02 Oktober 2016 aku
sempat mengunggah sebuah foto. Bukan foto wajah melainkan foto bagian kaki,
yang ku ambil bagian dari pinggang dengan sedikit potongan buku dan goodie
bag yang juga tak senagaja terfoto.
Ku tulis Caption nya, “Meski sudah ada pengganti, Si
Putih tetap tak terganti“ seolah fokus pada sepatu ku. Caption itu memang fokus
pada sepatuku. Pertengahan September lalu sepatu yang ku beri nama Si Putih
memang hilang di pelataran masjid. Karena itu, sepatu yang ku pakai saat itu
adalah sepatu pengganti. Bukan sepatu baru, hanya sepatu pengganti. Pengganti
si Putih. Semakin menguatkan bahwa fokus dari foto itu adalah sepatu. Padahal?
Padahal ada sesuatu yang tadinya ingin ku tunjukkan pada
seseorang melalui foto itu. Ada yang ingin ku ceritakan mengenai hari itu.
Hanya saja saat itu, ada sesuatu hal yang membuatku tak bisa menunjukkannya
langsung. Membuatku memilih mengubah caption, memalsukan fokus.
Foto itu sebenarnya ingin bercerita tentang batik. Aku yang
memakai baju batik di hari itu. Tanggal 2 Oktober yang memang jadi hari
peringatan batik nasional. Kenapa harus aku ceritakan batik hari ini? Karena seseorang.
Satu hari sebelum hari itu, ada seseorang yang memintaku memakai batik di
tanggal dua. Ia katakan, hal itu bisa menjadi ciri bahwa kita mencintai negeri
ini. Bangga dengan adat dan budaya Indonesia. Tapi ku katakan aku tidak
mau. Mengelak dengan
berdalih bahwa mencintai negeri tidak hanya dengan memakai batik. Aku menolak
karena baju batikku terbatas dan jarang sekali ku pakai apalagi di pakai ke
kampus.
Tapi kemudian malamnya aku berbah pikiran. Ku pikir tak ada salahnya jika memakai batik di satu hari. Toh Itu tak
akan membuatku terlalu buruk. Batik sudah ku siapkan, untuk ku kenakan pada
tanggal dua itu. Memenuhi permintaan seseorang itu. Hingga suat hal itu terjadi. Kesalahpahaman.
Membuat komunikasi tak lagi seperti kemarin pagi. Tapi batik itu sudah melekat
di tubuh. Aku sudah siap dengan batik cokelat motif berwarna krem.
Lalu akhirnya ku putar balik arah niatku. Aku memakai
batik bukan untuk dilihat siapapun. Aku memakai batik bukan karena permintaan
seseorang. Siapapun. Hari itu hanya ada aku dan baju batikku. Tanpa seseorang
bahkan tanpa huruf-huruf di handphone sekalipun.
Di depan gerbang kampus aku menunggu teman sekelasku. Sambil menunggu itulah ke
pandangi lagi batik yang kukenakan. Mengambil handphone dan jadilah. Dan
Caption sebenarnya dari foto ini adalah “Hari ini aku memakai batik, sesuai
dengan permintaanmu kemarin. Tapi itu kemarin bukan hari ini“.
Komentar
Posting Komentar