Minggu Ria Bersama Ayah


Minggu memang identik dengan hari libur. Libur sekolah, bekerja
libur dari rutinitas sehari hari. Tapi tidak bagi bapak ini. Bapak sopir angkot terbaik (terbaik karena selalu bersedia mengantarku kemanapun). pagi ini sama saja dengan kemarin, kemarin nya lagi dan kemarinnya lagi. Harus mencari nafkah dengan angkot hijaunya. Menyusuri caheum-cileunyi. Tak bosan bosannya.
Karena hari ini hari minggu, sepertinya bapak ini sadar betul, ada hak keluarga dalam waktu yang di jalaninya. Hingga di depanku saat ini, ku lihat seorang bocah duduk manis menatap jalanan yg padat.
Aku tahu persis bagaimana perasaan anak itu. Senang. Senang sekali. Meski ia tau bapaknya seorang sopir angkot, meski ia tahu hanya akan berada dalam mobil, tidak turun untuk menikmati rekreasi seperti anak-anak yg berkumpul di alun-alun kecamatan itu. Itu tak mengapa. Ia tetap senang berkeliling menemani dan menyaksikan ayahnya bekerja.
Aku juga begitu. Ayahku juga seorang pengendara motor yang dibayar jasanya karena mengantarkan penumpangnya. Sebut saja tukang ojek ( Sebenarnya ayahku multi talent, bisa bertani bisa jadi petugas PLN, bisa jadi apapun), tapi aku tetap senang jika Ayah mengajakku berkeliling dengan sepeda motor tua nya. Meski hanya berkeliling desa, meski aku sudah sering melewati tempat itu, aku tetap senang. Aku bisa melihat secara tidak langsung bagaimana ayah mengendarai motor tua itu untuk mengantarkan pelanggannya.
Dan seperti anak ini, aku selalu menunggu ayah mengajakku berkeliling. Tak peduli kemana dan hendak apa.

Bersama Ayah selalu lebih indah.

Komentar