Kamu Melepasku. Mengapa?

Kamu Melepasku. Mengapa?


04 Februari 2017
15: 19

Kamu melepasku. Mengapa?
Ada banyak hal yang telah kita lalui. Masa kecilku, habis oleh kisah bersamamu. Masa remajaku semakin terlukis jelas bersamamu. Aku selalu bersamamu. Kamu mengenalkanku pada lengkung warna-warni di langit senja. Itu pelangi, katamu. Pelangi ada karena hujan dan cahaya. Seperti kamu, selalu ada ketika hujan dan ketika bumi bercahaya. Maka kamu lah pelangiku. Kamu menunjukkan ku bulir bening yang menggantung di ujung daun di pagi berkabut. Itu embun, katamu. Embun tak perlu warna untuk membuat daun jatuh hati. Sama seperti kamu. Kamu tak perlu sempurna untuk membuatku yakin pada pribadimu. Kamu adalah embun dalam daun kehidupanku.
Sampai kemarin, kamu memutuskan untuk menjauh. Tak lagi mengenalkanku pada alam dengan segala makna kehidupannya. Kamu melepasku. Mengapa?
Antara aku dan kamu memang tak memiliki rasa yang tersurat. Kamu diam dengan segala kerinduan yang mendalam. Aku tersenyum menutupi hati yang bertabur rasa kagum. Kita melangkah mengelilingi gedung sekolah. Kita berjalan mengitari temaram malam. Hingga kita berlari saat hujan datang menghampiri.
Sampai kemarin, kamu memutuskan untuk berhenti. Tak lagi temani langkah ku dalam sunyi. Kamu melepasku. Mengapa?
Aku menangis ketika dulu kamu mengatakan akan pergi. Sebentar. Hanya beberapa hari. Tapi kemudian kamu membatalkannya. Berkata bahwa kamu tak akan meninggalkanku. Tak akan membuatku sendiri ditikam oleh sepi. Karena kamu tahu, hidupku jauh dari keramaian. Sulit sekali bertemu dengan mereka dan kemudian berkawan.
Sampai kemarin kamu memutuskan untuk pergi. Tak lagi peduli pada tangis pun pada panggilan hati. Kamu melepasku. Mengapa?
Saat matahari sempurna tenggelam menampakkan bumi yang temaram, kamu berkata “Aku harap kamu bahagia“. Lalu memaksa mata mu untuk tak lagi menatap dua bola mata yang memerah di hadapanmu. Menahan tangis dan amarah. Tubuhmu berbalik. Suara langkah kepergian itu terdengar jelas menggetarkan indera suara.
Aku tak akan meminta penjelasanmu. Aku selalu percaya, setiap gerak mu adalah yang terbaik. Aku mengerti jika kamu ingin pergi. Mungkin kamu lelah dengan sunyi atau mungkin kamu telah menemukan yang selama ini kamu cari. Aku tak tahu.
Karena aku pun ingin kamu bahagia, maka teruslah melangkah. Tak perlu berbalik menatap bola mata yang ternyata menangis saat melihat mu memulai langkah. Menjauh. Akhirnya ku paksa bibir yang kemarin tersenyum karena mu untuk mengucapkan “Semoga kamu pun bahagia“ persis saat tubuhmu sempurna hilang dalam temaram malam.

Komentar

Posting Komentar