20 Okbober 2017
Judul : Ayahku (Bukan) Pembohong
Pengarang : Tere Liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Kota Terbit : Jakarta
Cetakan : April 2011
Tebal Buku : 304 Halaman
Sinopsis :
Dam, adalah seorang anak yang lahir dari keluarga
sedehana dan bersahaja. Ia dibesarkan dengan dongeng-dongeng Ayahnya. Ayah yang
dikenal terlalu jujur. Dan dongeng-dongeng
itu bercerita tentang perjalanan Ayah mencari makna bahagia di dunia
ini.
Dam tumbuh dengan pemahaman berbeda. Dongeng Ayah Dam
berhasil membentuk karakter Dam dengan baik. Meski tak jarang Ia bertengkar dengar Jarjit,
karena Jarjit mengolok-oloknya dengan sebutan keriting dan pengecut. Dan cerita
Sang Kapten, pemain bola kesayangannyavmembuat Dam lebih berbesar hati pada
setiap hal yang diucapkan Jarjit. Ayahnya bercerita bahwa Ia pernah bertemu
dengan Sang Kapten dan menyaksikan Sang Kapten kecil yang berlatih dengan bola
kasti kumal yang ditemukan di tempat sampah.
Dam
tak pernah menceritakan dongeng Ayahnya kepada siapapun. Ia mengingat pesan
Ayahnya bahwa cerita itu adalah rahasia antara Ia dan Ayahnya. Hanya Taani,
yang ia percaya untuk mendengar cerita hebat Ayahnya. Hingga suatu hari Taani
membuat semua orang di sekolah Dam mengetahui bahwa Ayah Dam mengenal Sang
Kapten, pemain sepak bola nomor satu. Semua teman dan Guru berebut ingin
mendengar cerita Dam dan menitipkan barang agar nanti di tandatangani saat Sang
Kapten mengadakan kunjungan ke kota mereka.
Dam
marah. Ia meneriaki Taani karena ceroboh meninggalkan buku hariannya di laci
meja kelas. Dan buku harian itu berisi semua yang Dam ceritakan padanya. Dam
berjanji tak akan menyapa Taani lagi hingga Ia benar-benar menyelesaikan
permasalahan itu. Taani berusaha agar teman-temannya tak mempercayai buku
harian itu. Bahkan Taani kembali sengaja meninggalkan buku hariannya, namun
dengan cerita yang berbeda, semua Ia lakukan agar Dam memaafkannya.
Hingga Dam kemudian bersekolah di Akademi Gajah.
Diajarkan pemahaman hidup yang tak melulu memprsoalkan nilai, tapi meninggikan
ilmu. Dam menemukan buku tua di Perpustakaan, ketika ia dalam masa hukuman
karena membuat gaduh asrama di malam hari. Buku tua itu bercerita tentang suku
Penguasa Angin. Itu adalah kisah yang pernah di ceritakan Ayahnya. Yang membuat
Dam paham bahwa kekerasan bukan untuk di balas dengan kekerasan pula. Dongeng
itulah yang membuat Dam dulu, melawan Jarjit dengan mengajaknya berlomba
renang. Agar Jarjit tak lagi menyebutnya pengecut.
Dam
penasaran dengan buku tersebut. Ia tak yakin jika cerita Ayahnya itu bohong.
Hal itu kemudian membuat Dam nekat membawa buku tersebut saat musim liburan
tiba, Dam ingin menunjukkannya pada Ayah. Namun, sesaat sebelum kereta
berangkat, petugas perpustakaan datang menjemputnya, mengambil dengan galak
buku yang dikatakan satu-satunya di dunia itu.
Ayah Dam marah, ketika Dam tak sengaja menanyakan
kebenaran dari dongeng-dongeng ayahnya selama ini. Ayahnya selalu berkata “Ayah
tidak bohong, Dam“. Hal itu membuat Dam berjanji untuk tidak lagi membicarakan
hal itu. Ia percaya bahwa Ayahnya adalah orang paling jujur, bahkan terlalu
jujur seperti kata kepala sekolahnya dahulu.
Tahun terakhir di Akademi Gajah, tinggal menghitung hari
Dam akan melakukan ujian akhir. Hingga telegram itu tiba di sekolah, kepala
sekolah memberitahu Dam agar segera berkemas. Ia harus pulang, Ibunya di rawat
di rumah sakit. Seperti orang kehilangan arah, Dam mengemasi pakaiannya,
menjumpai Ayah dan Ibunya yang tengah berbaring di ruang ICU.
Ibu Dam mengidap penyakit serius sejak Dam belum
dilahirkan. Tapi Dam tak pernah di beritahu hal itu. Dam marah pada Ayahnya,
karena menurutnya Ayah tak berusaha untuk menyembuhkan Ibu. Selama ini Ibu
hanya dirawat seperlunya, bahkan tak pernah di rawat sama sekali. Dam yang saat
itu membawa uang hasil kerjanya selama di Akademi Gajah, berjanji akan
memberikan perawatan maksimal pada Ibunya.
Ayah Dam hanya bercerita tentang si Raja Tidur. Bercerita
bahwa si Raja Tidur mengatakan, Ibu Dam tidak akan bertahan lama. Tak mungkin
bisa hidup lebih dari dua tahun, kecuali karena bahagia. Dan jika Ia bisa
bertahan samapi saat ini, itu adalah keajaiban yang luar biasa, dan itu
tandanya Ibu bahagia.
Sejak
saat itu Dam berhenti mempercayai cerita Ayahnya. Ibunya meninggal dan Ia tak
sempat memeluknya untuk yang terakhir kali. Wajah ibunya terlihat lelah,
bagaimana mungkin Ibunya bahagia selama ini. Begitu pikir Dam. Sejak saat itu
pula hubungan Dam dan Ayahnya tidak harmonis.
Dam
kembali ke Akademi Gajah. Asrama sudah kosong, teman satu asrama sudah kembali
ke kampung halamannya masing-masing. Dam menerima surat kelulusan tanpa
mengikuti ujian. Bagi kepala sekolah Akademi Gajah, kelulusan bukan ditentukan
oleh nilai di atas kertas, tapi di tentukan oleh kegiatan pendidikan selama 3
tahun, 24 jam di Akademi Gajah. Dan satu lagi, Dam mendapatkan surat pengantar dari
Akademi Gajah. Surat yang tidak mungkin di tolak oleh univesitas di seluruh
dunia.
Dam melanjutkan kehidupan. Ia membuktikan kesaktian surat
tersebut dan berhasil masuk di jurusan Arsitek di universitas ternama tanpa
melalui tes apapun bahkan perkuliahan sudah dimulai sebulan yang lalu. Rektor
universitas itu mempersilakan Dam bergabung dengan mahasiswa lainnya.
Meski Dam membenci dongeng-dongeng Ayahnya, Ia tetap tak
mampu menyangkal bahwa pemahaman baik yang ia dapatkan sekarang adalah karena
dongeng tersebut. Bahkan karya karya Dam dalam mendesain bangungan ia banyak
terispirasi dari dongeng Apel Mas dan Penguasa Angin. Daya khayalnya, ia
tuangkan dalam sebuah sketsa bangunan. Hingga akhirnya Ia menjadi arsitek yang
hebat.
Dam menikah dengan Taani, mereka bertemu kembali di
universitas yang sama. Zas dan Qon menjadi cucu yanag menggemaskan bagi Ayah
Dam. Ayah Daam sering menceritakan hal
yang smma kepada cucu-cucunya, ddan itu membuat Dam keberatan. Ia tak ingin cerita bohong Ayahnya meracuni pikiran anaak-anaknya. Karena
baginyaz Zas dan Qon akan di beersarkan dengan pemahamann sebab akibat, bukann
dengan dongeng-dongeng bohong seperti yang ia dapatkan semasa kecil. Hingga
akhirnya Zas dan Qon bertanya mengenai kebennaran cerita kakeknya
itu paada Dam. Karena meerekaa tak menemukan cirri-ciri tempaat
atau apapun yang berkaitan dengan semua cerita kakeknya di internet. Dam semakin kesal, ia mendesak
Ayahnya agar mengaatakan bahwa dongeng-dongeng
itu bohong, agar anak-anaknya berhhenti memncari kebenarannya. Namun
Ayah Dam tetap bersikukuh baahwa Ia tidak berbohong. Dam hilaang kendali,
ia meminta Ayahnnya untuk tak lagi tinggal dirumahnya.
Dam
menemukan keanehan pada laptopnya yang tadi digunakan oleh Zas dan Qon. Mereka
mencari informasai dengan kata kunci Akademi Gajah. Namun pencarian tidak di
temukan. Tak ada hasil untuk kata kunci
tersebut. Ia terbelalak, tak percaya. Karena
mesin pencariannya tersambung ke ensiklopedia terbesar dunia. Akademi Gajah
tempat Ia menerima bergbagai bentuk ilmu kehidupan, dengan surat pengantar
khusus yang tak mungkin di tolak oleh universitas manapun di dunia, tak ada
sedikitpun jejaknya di internet. Ia mulai menyesali perlakuan terhadap Ayahnya.
Keesokan
harinya, ia mendapat kabar bahwa Ayahnya tengah dirawat di sebuah rumah sakit.
Semalaman Ia bercerita di makam Ibu Dam. Semua rasa benci Dam tetiba luruh,
ketika melihat Sang Ayah terbaring lemah di ruang perawatan. Ayah Dam
mendongeng untuk terakhir kalinya. Ia bercerita mengenai Danau Para Sufi yang
berkisah tentang perjalanan Ayah Dam mencari makna kebahagiaan sejati. Hingga
akhirnya ia menemukannya. Kebahagiaan itu bersumber dari hati yang bersih.
Hingga sebagaimanapun sekitar berusaha membuat keruh, ia akan tetap kembali
jernih. Akan tetap bahagia, meski hidup penuh kesederhanaan. Itulah alasan
mengapa Ibu Dam dulu tak ingin hidup bermewah-mewahan. Ia bahagia, dengan
keluarga kecilnya, menyaksikan Dam tumbuh menjadi anak dengan pemahaman yang
berbeda.
Pemakaman Ayah Dam di penuhi lautan manusia. Manusia dari
berbagai penjuru dunia seolah tumpah di pemakaman Ayahnya. Sang Kapten, Si
Nomor Sepuluh, bahkan layang-layang besar seperti yang di ceritakan Ayah Dam
dalam dongeng Suku Penguasa Angin pu hadir. Dam membatin ‘Ayahku Bukan
Pembohong‘.
Komentar
Posting Komentar