Kamis 31 Januari 2019
11:23
[OPINI]
Akhir-akhir
ini sedang ramai membicarakan pidato Ketua Umum PBNU K.H Said Aqil Siradj pada
Harlah Muslimat NU ke 73, Senin 28 Januari 2019 kemarin. Pidato beliau menjadi kontroversi
dan memicu ‘kesewotan’ yang luar biasa pada sebagian kalangan. Awalnya aku
tidak tahu ada peristiwa semacam ini, lalu kemudian aku melihat postingan guru
di pesantrenku yang dulu, mengatakan bahwa maksud dari video tersebut adalah bla
bla bla dan yang ditanggapi dan beredar jadi hoax karena bla la bla.
Diakhiri dengan kalimat, kembali lagi pada masing-masing karena setiap manusia
memiliki pemikiran yang berbeda.
Ini
persoalan yang mana yah, kok aku gak tau? Pikirku setelah membaca
postingan beliau. Lalu ku buka instagram, beberapa teman meungunggah video yang
mereka dapatkan dari akun-akun berbau islam atau dari akun lain yang ku kira
tidak dapat dipertanggungjawabkan isinya, karena akun tersebut tidak jelas
siapa pengelolanya, apa tujuannya dan sebagainya. Dari sana lah aku tau, bahwa
penggalan pidato Pak Kyai menjadi bahan perdebatan, bahkan yang paling
menyedihkan dijadikan bahan hinaan. Aku tidak akan banyak menanggapi, apa
maksud Pak Kyai, karena jika kamu orang pintar dan merasa ANTI HOAX, kamu pasti
sudah melihat klarifikasi yang disampaikan oleh Dr. K.H Marsudi Syuhud di chanel
youtube dan tidak sembarangan membagikan video Pak Kyai yang terpotong dan
tidak lengkap lalu menyulut emosi banyak orang demi menggiring opini masyarakat
agar sependapat denganmu.
Ah, kamu mah karena orang NU. Coba kalau
bukan, pasti ikut emosi. Misalnya saja ada yang berkata demikian, lho
substansinya bukan orang NU atau bukan, tapi bagaimana kamu menyikapi
berita-berita yang tersebar dimedia sosial, yang tidak bisa kamu telan
mentah-mentah. Masih mending kamu telan sendiri, kalau kamu mencekoki orang
lain juga bagaimana? Semakin banyak orang yang keracunan bukan?. Berarti semakin
merebaklah virus kebodohan, hanya karena kamu seorang.
Cobalah
lihat secara lengkap apa yang orang lain sampaikan. Contoh pada kasus ini,
makna dari kalimat lanjutan Pak Kyai dan video yang terpotong itu adalah
berbanding terbalik. Karena makna yang sebenarnya terletak pada kalimat
selanjutnya. Lalu setelah itu, carilah klarifikasi dari pihak terkait, adakah
maksud lain yang ingin disampaikan tapi hanya pemilihan kalimatnya saja yang
kurang tepat mungkin?. Jangan selalu membold dan mengcapslock kata
perbedaan. Kamu bela habis-habisan yang kamu rasa sama denganmu, tanpa kau
perlu tahu dia salah atau tidak. Dan mutlak menyalahkan segala sesuatu yang
berbeda denganmu, entah kelompok, agama, suku, atau sekadar pilihan presiden. Sungguh, aku ingin segera mengakhiri tahun
politik ini. Ku jenuuuuuuuh!
Oh iya satu lagi sih yang membuatku tidak nyaman.
Selalu ada orang-orang yang tidak bertanggungjawab menggabungkan video ceramah
dari beberapa ustaz yang mengomentari hal yang saat itu tengah terjadi atau
jadi bahan pembicaraan. Balik lagi ke contoh Pak Kyai ini, setelah video Pak Kyai
yang terpotong itu, disambutlah dengan backsound dan effect yang
berlebihan seperti tertanggapnya pelaku kejahatan di televisi. Lalu setelah itu
disambung tanggapan-tanggapan dari ustaz A, B, C dan D mengenai hal tersebut.
Aku tidak tahu, video itu benar-benar tanggapan pada persoalan Pak Kyai, atau
hanya dicomot dari video entah kapan untuk mendukung opininya semata. Tapi
menurutku, lebih banyak video comotan. Karena biasanya video ustaz A, B, C dan
D itu tengah berceramah dengan keadaan berapi-api, lalu menunjuk-nunjuk dan
sebagainya. Yang menurut pemikiranku, Ustaz-ustaz tersebut juga pasti akan tabayyun
terlebih dahulu, mencari duduk perkaranya lalu memberikan tanggapan dengan
baik. Karena yang ditanggapi ini bukan orang bodoh, tapi orang berilmu juga
yang kemudian membuat mereka akan lebih memilih dan memilah kalimat-kalimat
yang akan disampaikan. Kenapa perlu aku soroti, karena khawatir publik jadi
menggolong-golongkan Para ustaz, para kyai, para ulama. Video seperti itu
seperti menampakkan bahwa Ustaz A membenci Pak Kyai atau ustaz A benci terhadap
ustaz B dan sebalik-sebaliknya pokoknya. Karena ceramah biasa, dengan diminta
tanggapan mengenai suatu hal terlebih pada orang berilmu pasti memiliki adab
yang berbeda. Dan pembuatan serta penyebaran video macam ini, marak terjadi.
Lalu yang paling menyayat hati, video Pak Kyai dijadikan
bahan hinaan dan cacian. Aku tidak tahu siapa yang bertanggungjawab atas video
tersebut, yang jelas sudah tersebar luas. Dalam videonya, setelah Pak Kyai
berbicara, lalu terpotong, dan dilanjutkan dengan kartun spongebob yang dengan
tidak sopan berteriak ‘BACOOOT!!‘. Aku kira, bahkan manusia yang bebeda
kelompok dengan NU pun, seperti Muhammadiyah, Persis atau yang lainnya tidak
akan berbuat demikian, karena mereka juga orang yang memiliki ilmu, orang yang
mengerti. Jadi siapa si pembaut video? Yaa orang bodoh yang tidak mengerti adab
tentu saja!
Terimaskih sudah meluangkan waktu untuk membaca.
Semoga bermanfaat.
Komentar
Posting Komentar