08 Februari
2019
08:32
(Sumber Gambar : https://carapandang.com/artikel/detail/7079/life-must-go-on-yang-lalu-biarlah-berlalu-pikirkan-tindakan-ke-depan) |
Pernah gak sih merasakan setiap hari ada saja hal
yang disesali? Lalu dengan polosnya berkata “coba kemarin kaya gini,
seperti ini, gak ngelakuin ini pasti deh sekarang bakal
gini, gak akan kaya gitu“ ngedumel seharian penuh dan akhirnya
membuat pikiran jadi tidak tenang. Pernah gak? Ku kira tidak ada manusia
yang tidak merasakannya. Namanya juga manusia, makhluk yang tidak pernah merasa
puas.
Kemarin sore ku tulis story di whatsapp dan
instagram yang sok-sokan bijak, begini kalimatnya “berhenti tarik ulur. Yang
lewat, ya sudah saja. Berikan pikiranmu ruang untuk hal baru bukan untuk hal
yang telah lalu”. Semua yang ku tulis, biasanya ada latar belakang mengapa
kalimat itu tercipta (maklumlah yaa, korban skripsi yang direvisi berulang kali
di latar belakang -__-). Kalimat tersebut berdasar pada keresahan yang sedang
aku rasakan. Kalimatnya jelas menggambarkan keadaan seseorang yang tengah mengutuki
dirinya sendiri karena terus saja nyaman dalam kubangan masa lalu. Masa lalu
tidak selalu berkenaan dengan beberapa tahun lalu atau berkenaan dengan sesuatu
yang pelik. Tapi, aku pribadi bisa menyesal parah hanya karena beberapa detik
yang lalu aku melakukan hal yang ku anggap wajar dan beberapa detik kemudian ku
anggap tidak wajar dan menyesalinya. Contohnya,
aku mengirim chat pada seseorang lalu aku menyesal telah mengirimnya. Dan
berpikir, “aduh kenapa chat kaya gitu sih, tersinggung gak yah, bikin
ilfeel gak yah dan bla bla bla“ sesepele itu bisa jadi beban pikiran
seharian. Capek gak sih? Jelas capek.
Keputusan-keputusan
yang telah diambil, sejatinya tidak bisa ditarik ulang. Baik keputusan besar
ataupun kecil. Karena itu aku tipe orang yang lama menentukan keputusan. Tapi
mikir lama, bukan berarti bebas dari penyesalan nantinya. Tetap saja ada. Karena itu aku sedang mencoba memotivasi
diriku sendiri untuk tidak berfokus pada masa lalu. Baru sadar itu membuat
pikiranku sempit dan tertutup sehingga kesempatan jadi tidak terlihat, yang
terlihat hanya celah kebodohan di masa lalu. Dan jelas bahwa hal itu tidak sehat
untuk pikiran dan tubuhku. Aku butuh kalimat baru dalam kamus hidup, yakni
‘masa bodo‘. Toh sudah terjadi. Aku menangis meraung-raungpun waktu
tetap tidak akan mau berkompromi. Fakus pertanggungjawabkan keputusan, jika
memang dirasa kurang tepat. Membiasakan diri berpikir matang, (bukan hanya lama)
dalam menentukan keputusan kemudian pegang erat. Jangan biarkan ragu membuat
celah. Tanamkan dalam pikiran bahwa keputusan dan pilihan terbaik adalah
keputusan dan pilihan yang telah diambil. Jadi, anggap saja pilihan lain akan
lebih berdampak lebih buruk bagi kehidupanmu. Kalaupun ternyata nantinya tetap
merasa keputusan itu salah, pastikan itu hanya untuk evaluasi diri di kemudian
hari, bukan untuk disesali.
Baiklah,
wahai diri yang sulit sekali bersyukur, pegang teguh kalimat ‘life must go
on‘. Apapun yang terjadi, kamu akan tetap hidup dan berjuang karena tanpa
kamu minta, Tuhan memang akan mematikanmu jika sudah saatnya. Maka tidak perlu
sekali-kali sok merengek padaNya, meminta hidupmu diakhiri.
Komentar
Posting Komentar