Kamis, 04082022
Pernah gak sih, kamu
merasa kok dunia sepi banget?
Padahal semua orang ada
di sekeliling. Teman, rekan kerja bahkan keluargamu selalu ada di sampingmu.
Tapi tetap saja, rasanya sepi. Bukan mereka yang aku cari saat aku ingin
berkeluh tentang hari yang dijalani. Bukan mereka tempat aku membagi tawa
karena hal-hal receh yang terjadi. Mereka peduli, tapi tidak semua ingin
mendengar omong kosongku setiap hari. Keluargaku sangat peduli, tapi mereka tidak
boleh tahu bahwa hariku sedang tidak baik.
Dunia ini sesak oleh
manusia. Tapi kenapa terasa begitu kosong saat kamu pergi?
Aku bingung mencari manusia
untuk sekadar berbicara. Aku linglung kemana aku harus menentukan arah. Hanya
karena kamu tidak lagi di sini. Aku hanya mengikuti arus, ikut saja kemana ia
membawaku. Tidak ada kekuatan untuk menentukan inginku sendiri
Ku kira aku sudah
sembuh. Ternyata aku hanya membohongi diri. Berusaha sekuat tenaga mengatakan
aku baik-baik saja, meski amat sangat tidak. Proses ini menyebalkan, aku merasa
tidak mempunyai banyak pilihan. Hanya bisa menunggu, kapan luka ini sembuh. Setiap
hari memasang wajah ceria lalu malamnya menangisi keadaan. Begitu saja terus, hingga
berbulan-bulan lamanya.
Aku sadar, kenapa luka
itu masih ada. Aku belum ikhlas. Banyak keadaan yang belum aku terima. Bukan
hanya tentang hilangnya dia, tapi tentang bagaimana hidup memberiku pilihan
yang tidak aku inginkan. Pun saat dia hilang, aku memang yang mengakhiri tapi
bukan itu yang aku inginkan.
Aku belum ikhlas. Sama
sekali. Adakalanya, yang pergi adalah yang tidak ikhlas bukan?. Aku sadari
aku masih sangat berharap bisa kembali.
Bahkan aku seperti menantang Tuhan. Aku memaksa agar ia kembali, aku tidak
ingin yang terbaik, aku hanya ingin dia. Lancang sekali aku mengambil peran
Tuhan. Menentukan sendiri apa yang terbaik untukku, tanpa pernah tau makna
terbaik itu seperti apa.
Tuhan, mohon beri
manusia kecil ini setitik rasa ikhlas dan melepas.
Komentar
Posting Komentar